Sunday 17 January 2016

Laporan Praktikum Emulsifier Sifat Fisik Hasil Pertanian

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT FISIK HASIL PERTANIAN

(EMULSIFIER)






DISUSUN OLEH
NAMA : MUKHTAR ABDUL AZIZ
NIM : 2014-57-052




PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2015




BAB I PENDAHULUAN
1.1   Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi perubahan cairan terhadap pengaruh emulsifier dan tanpa emulsifier

1.2   Dasar Teori
            Emulsi merupakan suatu disperse dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak tercampur.
Emulsi adalah sistem heterogen, yang terdiri dari sebuah fase cair yang tidak tidak tercampur, yang terdispersi dalam fase cair lainnya, dalam bentuk tetesan-tetesan dengan diameter secara umum, lebih dari 0,1 µm. secara umum, emulsi merupakan sistem yang terdiri dari dua fase cair yang tidak bercampur yaitu fase dalam (internal) dan fase luar (eksternal).
Tipe-tipe Emulsi :
1.      Tipe minyak/air, dimana fase minyak terdispersi dalam fase air (minyak=internal, air=eksternal)
2.      Tipe air/minyak, dimana fase air yang terdispersi dalam fase minyak (air=internal, minyak=eksternal)
3.      Tipe emulsi ganda, lebih dikenal dengan emulsi dalam emulsi, yaitu suatu emulsi tipe tertentu yang didispersikan lagi dalam suatu  fase pendispersi. Tipe ini pada umumnya dapat ditemui dalam formulasi kosmetika
4.      Mikroemulsi

a.       minyak
      minyak dan air tidak bisa dicampur menjadi satu. Kita telah mengetahui hal ini beribu kali. Bahkan mungkin kita pernah melihat fenomena air dan minyak tidak bisa bersatu. Tetapi kenyataannya, kita dikelilingi oleh  bahan pangan yang dibuat dengan cara menyatukan minyak dan air. Mentega, mayonise, es krim, dan susu, semuanya merupakan campuran  minyak dan air yang tidak terpisah dalam keadaan normal. Bagaimana kita bisa menjelaskan fenomena ini? Semua jenis bahan makanan yang disebutkan diatas merupakan emulsi. Emulsi adalah koloid (campuran partikel yang paling kecil yang terdispersi pada senyawa lain, tetapi tidak terpisah dari senyawa tersebut). Proses emulsifikasi dilakukan dengan cara menambah salah satu bahan secara simultan. Hal ini mendeskripsikan dan mensuspensikan droplet ukuran kecil dari satu cairan (Fase terdispersi) ke cairan yang lain (fase kontinyu). Untuk mencegah pemisahan campura, bahan yang dikenal sebagai bahan emulsifier (pengemulsi) ditambahkan. Emulsifier tertarik pada kedua fase minyak dan air, sehingga memungkinkan keduanya untuk menyatu.

b.      Mayonnise
      Mayonnise merupakan contoh emulsi minyak dalam air (minyak dalam cuka). Mayonise juga mengandung emulsifier, dalam hal ini emulsifier adalah telur. Kuning telur mengandung fosfolipid yang dikenal dengan licitin. Tiap molekul licithin mengandung ujung polar yang tertarik pada molekul air dan  ujung nonpolar yang tertarik pada molekul minyak. Hasilnya adalah lecithin melarutkan sebagian dirinya dalam air dan yang lainnya dalam minyak, dengan demikian, droplet, minyak dapat dilarutkan dalam cuka untuk menjadi mayonise
Mayonnise pertama ditemukan oleh prancis dari duc de richelieu tahun 1756. Saat koki ingin membuat saus dari telur dan es krim. Tetapi karena krimnya tidak ada, dia menggantikan dengan  minyak zaitun, dan terciptalah kreasi kuliner baru yang dinamakan  “mahonnese”

1.3   Alat Dan Bahan
Alat dan bahan
-          2 wadah
-          2 pemukulan telur
-          1 measuring cup1 cup = 237 ml
-          Measuring spoons
-          1 kuning telur
-          6 sendok teh cuka = 1 sendok teh = 5 ml
-          2 cup minyak sayur

1.4   Prosedur Kerja
Siapkan emulsi dengan dan tanpa emulsfier (kuning telur)
Tanpa emulsifier
1.      Tambahkan 1 sendok teh cuka kedalam wadah
2.      Tambahkan minyak, 1 sendok teh perlahan sambal mengocok campuran, sampai 1/3  cup ditambahkan
3.      Tambahkan 1  sendok teh cuka, dan lanjutkan pengocokan
4.      Ulangi tahap 2 dan 3 sampai semua cairan digunakan

Dengan emulsifier
1.      Tambahkan 1 kuning telur dan 1 sendok teh cuka kedalam wadah
2.      Kocok dengan cepat sampai agak kental
3.      Tambahkan minyak, 1 sendok teh perlahan sambil mengocok campuran, sampai 1/3 cup ditambahkan
4.      Tambahkan 1 sendok teh cuka, dan lanjutkan pengocokan
5.      Ulangi tahap 2 dan 3 sampai semua cairan digunakan



BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1

Dengan Emulsi

Hasil







Tanpa emulsi

 







2.2 Pembahasan
            Emulsifier merupakan  senyawa organik yang memiliki dua gugus, baik yang polar maupun non polar sehingga dua zat tersebut dapat bercampur. Pada percobaan dengan menggunakan emulsifier (kuning telur) mengandung lechitin yang berperan sebagai pengemulsi yang bersifat polar dan non polar, minyak yang ditambahkan merupakan cairan dengan gugus non polar sedangkan cuka merupakan cairan bergugus polar. Dalam ilmu kimia kita mengenal teori like dissolves like yang merupakan teori dasar kelarutan yang berbunyi senyawa polar hanya akan larut dalam senyawa polar, senyawa non polar hanya akan larut dalam senyawa non polar, sedangkan senyawa polar tidak dapat larut dalam senyawa non polar.  Gugus non polar dapat bercampur. Gugus non polar emulsifier akan mengikat minyak (partikel minyak dikelilingi) sedangkan cuka akan terikat kuat oleh gugus polar pengemulsi tersebut. Bagian polar kemudian akan terionisasi menjadi bermuatan negatif. Partikel minyak kemudian akan tolak menolak sehigga dua zat yang pada awalnya tidak dapat larut tersebut kemudian menjadi stabil atau larut. Pada percobaan selanjutnya yaitu tanpa emulsifier kita dapat melihat bahwa penambahan minyak secara perlahan atau simultan dapat tercampur secara perlahan karena ada pengocokan namun setelah didiamakan akan terlihat fase terdispersi atau mensuspensikan droplet ukuran kecil dari cairan tersebut yang menandakan bahwa campuran ini hanya teremulsi secara sementara.
2.3 Pertanyaan
1        Amati dan jelaskan apa yang terjadi dengan kenampakan, tekstur, dan aroma dari kedua campuran !
·         Tanpa emulsifier
Terlihat tampak lebih cerah atau lebih bening dan berwarna kuning karena didominasi warna minyak, tekstur agak kental, dan aromanya sangat asam baunya tajam menyengat.
·         Dengan emulsifier
Tampak lebih putih keruh karena ada campuran kuning telur, cuka, dan minyak, tekstur lebih kental dibanding tanpa emulsi karena ada putih telur, aromanya masih berbau asam namun sedikit berkurang dibanding tanpa emulsifier.

2        Mengapa kedua Campuran tersebut berbeda ?
Karena ada dua perlakuan yang berbeda yaitu dengan menggunakan emulsifier (kuning telur) yang mengandung lesitin dan yang tanpa emulsifier

3        Jenis emulsi pangan apakah yang dipersiapkan diatas ?
Kuning Telur yang mengandung Lesitin sebagai pengemulsi



BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

          Dari  percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dari sisi kegunaan emulsi merupakan salah satu alternatif bahan untuk mencampur bahan-bahan yang berbeda sifatnya agar stabil dan larut menjadi cairan atau larutan lainya, larutan yang berbeda sifatnya jika dicampur tanpa emulsifier maka akan membentuk  fase terdispersi dan droplet berukuran kecil, emulsifier tertarik pada kedua fase minyak dan cuka, sehingga memungkinkan keduanya untuk menyatu.

3.2 Saran
          Dengan berlangsungnya praktikum ini diharapkan kita dapat mengerti penerapan emulsifier yang sesungguhnya dalam industry pangan maupun kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pongolahan bahan makanan




0 comments:

Post a Comment

Statistics Pengunjung